Periodontitis kronis, dahulu dikenal sebagai adult periodontitis atau chronic adult periodontitis, adalah bentuk periodontitis yang paling sering ditemukan. Umumnya dipertimbangkan sebagai penyakit dengan perkembangan lambat. Bagaimanapun, dengan kemunculan faktor sistemik atau lingkungan yang dapat mengubah respon host terhadap akumulasi plak, seperti diabetes, merokok, atau stres, perkembangan penyakit dapat menjadi lebih agresif.
Meskipun periodontitis kronis paling sering diamati pada dewasa, dapat terjadi pada anak-anak dan remaja sebagai respon terhadap akumulasi plak dan kalkulus kronis. Pengamatan ini yang mendasari perubahan nama terbaru dari “adult “periodontitis, yang menggambarkan bahwa periodontitis kronis, yang diinduksi plak adalah hanya diamati pada dewasa, untuk menjadi deksripsi yang lebih umum berupa “chronic” periodontitis, yang terjadi pada tahap usia apapun.
Periodontitis
kronis telah dijelaskan sebagai ”penyakit infeksi yang mengakibatkan inflamasi
didalam jaringan pendukung gigi, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang
yang progresif. “Definisi ini menguraikan karakteristik klinis dan etiologi
utama dari penyakit: (1) pembentukan plak mikroba, (2) inflamasi periodontal
dan (3) kehilangan perlekatan dan tulang alveolar. Pembentukan poket
periodontal biasanya akibat dari proses penyakit tanpa resesi gingiva yang
disertai dengan kehilangan perlekatan, yang mana poket dapat masih dangkal,
bahkan dengan kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang yang berlanjut.
Karakteristik
Umum
Temuan
karakteristik klinis dalam pasien dengan periodontitis kronis yang tidak
dirawat dapat termasuk akumulasi plak supragingival dan subgingival (sering
berhubungan dengan pembentukan kalkulus), inflamasi gingiva, pembentukan poket,
kehilangan perlekatan periodontal, kehilangan tulang alveolar, dan
kadang-kadang supurasi (Gambar 16-1). Pada pasien dengan kebersihan rongga
mulut yang buruk, gingiva khususnya dapat mengalami sedikit pembengkakan hingga
sedang dan memperlihatkan perubahan warna yang berkisar dari merah pucat hingga
magenta (merah keunguan). Kehilangan stippling
gingiva dan perubahan topografi permukaan dapat termasuk margin gingiva
yang tumpul atau menggulung dan papila yang rata atau berbentuk seperti kawah.
Pada sebagian
besar pasien, khususnya yang melakukan tindakan perawatan teratur dirumah,
perubahan warna, kontur, dan konsistensi yang berhubungan dengan inflamasi
gingiva dapat tidak terlihat pada pemeriksaan, dan inflamasi dapat dideteksi pada
poket periodontal dengan probe periodontal (lihat Gambar 16-2, A, dan 16-3, A).
Perdarahan gingiva, apakah spontan atau sebagai respon terhadap probing, adalah
umum terjadi, dan inflamasi yang berhubungan dengan eksudat dari cairan
krevikular dan supurasi dari poket juga dapat ditemukan. Pada beberapa kasus,
kemungkinan sebagai hasil jangka panjang, inflamasi derajat-rendah, jaringan
marginal fibrotik yang tebal dapat mengaburkan perubahan inflamasi yang
mendasari. Kedalaman poket bervariasi, dan kehilangan tulang horisontal dan
vertikal dapat ditemukan. Kegoyangan gigi pada kasus lanjut sering muncul pada
kasus dengan kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang yang luas.
Periodontitis kronis dapat secara klinis didiagnosa
dengan deteksi pada perubahan inflamasi kronis
dalam marginal gingiva,
kemunculan poket periodontal, dan kehilangan perlekatan klinis, didiagnosa
secara radiografi dengan bukti kehilangan tulang. Temuan tersebut dapat menjadi
sama dengan yang terlihat pada penyakit agresif. Diagnosis banding berdasarkan
pada usia pasien, tingkat perkembangan penyakit sepanjang waktu, sifat familial
dari penyakit agresif, dan ketiadaan faktor lokal dalam penyakit agresif
dibandingkan dengan keberadaan plak dan kalkulus yang menumpuk dalam
periodontitis kronis.
Distribusi
Penyakit
Periodontitis
kronis dipertimbangkan sebagai penyakit site-specific
(lokasi spesifik). Tanda klinis dari periodontitis kronis – inflamsi,
pembentukan poket, kehilangan perlekatan, dan kehilangan tulang – dipercaya
disebabkan oleh efek (site-specific) spesifik
dan langsung dari akumulasi plak subgigniva. Sebagai akibat dari efek lokal
ini, pembentukan poket dan kehilangan perlekatan dan tulang dapat terjadi pada
salah satu permukaan dari gigi sementara permukaan yang lain tetap level perlekatan
normal. Sebagai contoh, permukaan proksimal dengan akumulasi plak kronis
mungkin memiliki kehilangan perlekatan, dimana permukaan fasial yang bebas plak
dari gigi yang sama dapat bebas dari penyakit.
Sebagai tambahan
dengan lokasi spesifik, periodontitis kronis dapat dijelaskan sebagai localized, ketika beberapa sisi
memperlihatkan kehilangan perlekatan dan tulang, atau generalized, ketika banyak sisi disekitar mulut terlibat, sebagai
berikut:
Localized periodontitis:
Periodontitis dipetimbangkan sebagai localized
ketika kurang daripada 30% dari sisi yang dinilai dalam mulut
memperlihatkan kehilangan perlektan dan kehilangan tulang (Gambar 16-2).
Generalized
periodontitis: Periodontitis dipertimbangkan generalized ketika 30% atau lebih dari
sisi yang dinilai dalam mulut memperlihatkan kehilangan perlekatan dan
kehilangan tulang (Gambar 16-3).
Pola kehilangan
tulang diamati dalam periodontitis kronis dapat berupa vertikal (angular)
ketika kehilangan perlekatan dan tulang pada salah satu permukaan lebih besar
daripada permukaan yang berdekatan (lihat Gambar 16-2, C) atau horisontal,
ketika kehilangan perlekatan dan tulang berlanjut pada tingkat seragam pada sebagian
besar permukaan gigi (Lihat Gambar 16-3,B). Kehilangan tulang vertikal
berhubungan dengan pembentukan poket intraboni. Kehilangan tulang vertikal
biasanya berhubungan dengan poket supraboni.
Keparahan
Penyakit
Keparahan
kerusakan dalam peridontium yang terjadi sebagai akibat dari periodontitis
kronis adalah secara umum dipertimbangkan sebagai fungsi dari waktu. Dengan
peningkatan usia, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang menjadi lebih
sering dan lebih parah karena akumulasi dari kerusakan. Keparahan penyakit dapat
dijelaskan sebagai slight (ringan), moderate (sedang), atau severe (parah) (lihat bab 4). Istilah
tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan keparahan penyakit dari seluruh
mulut atau bagian dari mulut (misalnya kuadran, sekstan) atau status penyakit
dari masing-masing gigi, sebagai berikut :
Slight (mild)
periodontitis: Kerusakan periodontal secara umum
dipertimbangkan ringan ketika kehilangan perlekatan yang terjadi tidak lebih
daripada 1 hingga 2 mm.
Moderate periodontitis:
Kerusakan periodontal secara umum dipertimbangkan sedang ketika 3 hingga 4 mm
kehilangan perlekatan klinis terjadi.
Severe
periodontitis: Kerusakan periodontal dipertimbangkan
parah ketika 5 mm atau lebih kehilangan perlekatan klinis telah terjadi.
Gejala
Pasien dapat
menjadi yang pertama memperhatikan bahwa mereka memiliki periodontitis kronis
ketika mereka memperhatikan bahwa gusi mereka berdarah ketika menyikat atau
makan; bahwa ruang terjadi antara gigi mereka sebagai akibat pergerakan gigi;
atau gigi mereka menjadi longgar. Karena periodontitis kronis biasanya tanpa
rasa sakit, bagaimanapun, pasien dapat secara total tidak menyadari bahwa
mereka memiliki penyakit sehingga kurang mungkin untuk mencari perawatan dan
menerima rekomendasi perawatan. Sebagai tambahan, respon negatif untuk
pertanyaan seperti, “apakah kamu dalam rasa sakit? “ tidak mencukupi untuk
menghilangkan kecurigaan dari periodontitis. Kadang-kadang, rasa sakit dapat
muncul dengan ketiadaan karies yang disebabkan oleh akar yang terbuka yang
sensitif terhadap panas, dingin atau keduanya. Area dari rasa sakit tumpul
lokal, seringkali menyebar kedalam rahang, telah berhubungan dengan
periodontitis. Kemunculan area impaksi makanan dapat menambah ketidaknyaman
pasien. Rasa sakit gingiva atau “rasa gatal” juga dapat ditemukan.
Perkembangan
Penyakit
Pasien tampak
untuk memiliki kerentanan yang sama terhadap periodontitis kronis yang
diinduksi plak pada keseluruhan hidup mereka. Tingkat perkembangan penyakit
biasanya lambat tetapi dipengaruhi oleh faktor sistemik atau lingkungan dan
tingkah laku. Awal mula periodontitis kronis dapat terjadi pada waktu apapun,
dan tanda pertama dapat dideteksi selama masa remaja dalam kemunculan dari
akumulasi kronis plak dan kalkulus. Karena tingkat perkembangan lambat,
bagaimanapun, periodontitis kronis biasanya secara klinis menjadi signifikan
dalam pertengahan tiga puluhan atau selanjutnya.
Periodontitis
kronis tidak berkembang pada tingkat yang sama dalam semua sisi yang terkena
pada seluruh mulut. Beberapa area yang terlibat dapat masih statis untuk
periode yang lama, sementara yang lain dapat berkembang lebih cepat. Lesi yang
yang berkembang lebih cepat terjadi paling sering dalam area interproksimal,
dan juga berhubugan dengan area akumulasi plak yang lebih besar dan
ketidakmampuan akses untuk tindakan kontrol plak (misalnyaa, area furkasi,
margin restorasi overhanging, sisi
dari gigi malposisi, atau area impaksi makanan).
Beberapa model
telah disusun untuk menjelaskan tingkat perkembangan penyakit. Pada model
tersebut, perkembangan diukur dengan menentukan jumlah kehilangan perlekatan
selama periode waktu yang ditentukan, sebagai berikut:
·
Continous
model menggambarkan bahwa progresi penyakit
lambat dan berlanjut, dengan sisi yang terkena memperlihatkan tingkat perkembangan
dari kerusakan secara konstan pada seluruh durasi penyakit.
·
Random
atau episodic-bars model, menyusun
bahwa perkembangan penyakit periodontal oleh ledakan singkat kerusakan diikuti
dengan periode tanpa kerusakan. Pola penyakit ini adalah acak sesuai dengan
sisi yang terkena dan kronologi dari proses penyakit.
·
Asynchronous,
multiple-burst model dari perkembangan
penyakit menggambarkan bahwa kerusakan periodontal terjadi disekitar gigi yang
terkena selama periode tertentu dari kehidupan dan bahwa ledakan dari aktivitas
tersebut adalah diselingi dengan periode dari ketidakaktifan atau keringanan
penyakit. Kronologi dari ledakan penyakit tersebut tidak terjadi secara sama untuk
gigi individual atau kelompok gigi.
Prevalensi
Periodontitis
kronis meningkat dalam prevalensi dan keparahan seiring dengan usia, umumnya
mengenai kedua jenis kelamin secara sama. Periodontitis adalah penyakit age-associated (penyakit yang
berhubungan dengan usia), bukan age-related
(penyakit yang terikat dengan usia). Dilain kata, bukan merupakan usia dari
individu yang menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit, tetapi sebaliknya panjang
waktu jaringan periodontal menghadapi akumulasi plak kronis.
FAKTOR RESIKO UNTUK
PENYAKIT
Riwayat
Penyakit Periodontal Sebelumnya
Meskipun bukan
merupakan faktor resiko untuk penyakit tetapi sebaliknya prediktor penyakit,
riwayat sebelumnya dari penyakit periodontal menempatkan pasien pada resiko
yang lebih besar untuk perkembangan kehilangan perlekatan dan tulang, dengan
adanya tantangan akumulasi plak bakteri.
Hal ini berarti
bahwa pasien yang memperlihatkan gingivitis atau periodontitis persisten dengan
poket, kehilangan perlekatan, dan kehilangan tulang dapat berlanjut untuk kehilangan
dukungan periodontal jika tidak secara berhasil dirawat. Sebagai tambahan,
pasien dengan periodontitis kronis yang telah berhasil dirawat akan
mengembangkan kelanjutan penyakit jika plak dibiarkan untuk berakumulasi. Hal
ini menekankan kebutuhan untuk pemantauan, perawatan, dan pemeliharaan
berkelanjutan dari pasien dengan gignivitis atau periodontitis persisten untuk mencegah
rekurensi penyakit. Faktor resiko yang berperan terhadap kerentanan pasien
didiskusikan dalam bagian berikut.
Faktor
lokal
Akumulasi plak
pada permukaan gigi dan gingiva pada pertautan dentoalveolar dipertimbangkan sebagai
agen utama yang mengawali etiologi gingivitis dan periodontitis kronis.
Kehilangan perlekatan dan tulang berhubungan dengan peningkatan proporsi dari
organisme gram negatif dalam biofilm plak subgingival, dengan peningkatan
spesifik organisme yang diketahui patogen dan virulen. Porphyromonas gingivalis (dahulu Bacteroides gingivalis), Tannerella
forsythia (dahulu Bacteroides
forsythus), dan Treponema denticola,
dinyatakan sebagai “red complex”,
sering berhubungan dengan kehilangan perlekatan dan tulang yang berlanjut dalam
periodontitis kronis (lihat bab 23).
Periodontitis
kronis secara umum mengalami perkembangan lambat, dengan beberapa pasien
memiliki peningkatan kerentanan terhadap kehilangan perlekatan dan tulang dan
pembentukan poket. Beberapa pasien yang memiliki profil genetik yang menonjolkan
produksi interleukin -1 (IL-1) dapat memiliki peningkatan resiko kehilangan
gigi, dan jika pasien tersebut juga perokok, resiko mereka meningkat. Diabetes
adalah faktor lain yang sering mengarah pada kerusakan periodontal parah dan
dekstruktif. Juga, kelompok spesifik dalam mikroorganisme yang terlihat dalam
biofilm subgignival pada pasien dengan kehilangan tulang yang berlanjut
berhubungan dengan periodontitis kronis, termasuk Porphyromonas gingivalis, Tannarella
fosythia, dan Treponema denticola.
Identifikasi dan
karakterisasi mikroorganisme tersebut dan patogen lain dan asosiasinya dengan
kehilangan perlekatan dan tulang telah mengarah terhadap hipotesis plak
spesifik untuk perkembangan periodontitis kronis. Hipotesis ini menekankan
bahwa meskipun peningkatan umum terjadi dalam proporsi dari mikroorganisme Gram
negatif dalam plak subgingiva dalam periodonttiis, kemunculan dari peningkatan
proporsi anggota red complex, dan
mungkin organisme lain, yang memicu kehilangan perlekatan dan tulang. Mekanisme
ini tidak secara jelas digambarkan, tetapi kriteria tersebut dapat memberi efek
lokal pada sel dari respon inflamasi dan sel dan jaringan host, menghasilkan
proses penyakit lokal, site-specific.
Interaksi antara bakteri patogen dan host dan efek potensial pada progresi
penyakit didiskusikan secara detail dalam Bagian 4.
Karena akumulasi
plak adalah agen pemicu utama dalam inflamasi dan kerusakan periodontal, apapun
yang memfasilitasi akumulasi bakteri atau mencegah penghilangan plak dengan
prosedur kebersihan mulut dapat membahyakan pasien. Faktor retensi plak penting dalam
perkembangan dan progresi periodontitis kronis karena faktor tersebut menahan
mikroorganisme plak dalam kedekatan terhadap jaringan periodontal, menyediakan lingkungan
ekologis untuk pertumbuhan dan maturasi plak. Kalkulus dipertimbangkan faktor
retensi plak paling penting karena kemampuannya untuk menahan dan menyembunyikan
plak bakteri pada permukaannya yang kasar. Sebagai akibatnya, pembuangan
kalkulus penting untuk mempertahankan kesehatan periodontium. Faktor lain yang
diketahui untuk menahan plak atau mencegah penghilangan adalah margin
subgingiva dan overhanging dari
restorasi; lesi karies yang meluas ke subgingiva; furkasi yang terbuka oleh
kehilangan tulang; gigi berjejal dan letak tidak teratur; dan grooves dan kecekungan akar. Faktor
resiko potensial untuk periodontitis didiskusikan lebih lanjut dalam Bab 32,
dan dampaknya pada prognosis perawatan periodontal didiskuskan dalam bab 33.
Faktor
sistemik
Tingkat perkembangan
periodontitis kronis yang diinduksi plak secara umum dipertimbangkan untuk
menjadi lambat. Bagaimanapun, ketika periodontitis kronis terjadi pada pasien
yang juga memiliki penyakit sistemik yang mempengaruhi keefektifan dari respon
host, tingkat kerusakan periodontal dapat secara signifikan meningkat.
Diabetes adalah
kondisi sistemik yang dapat meningkatkan keparahan dan perluasan penyakit
periodontal yang mengenai pasien. Diabetes tipe 2, atau non-insulin-dependent diabetes melitus (NIDDM), adalah bentuk
paling sering dari diabetes dan terhitung untuk 90% dari pasien diabetes.
Sebagai
tambahan, diabetes tipe 2 paling mungkin untuk berkembang dalam populasi dewasa
pada waktu yang sama seperti periodontitis kronis. Efek sinergis dari akumulasi
plak dan modulasi respon host efektif melalui efek diabetes dapat mengarah pada
kerusakan peridontal yang parah dan meluas yang dapat sulit untuk ditangani
dengan teknik klinis standar tanpa mengontrol kondisi sistemik. Peningkatan
diabetes tipe 2 pada remaja dan dewasa mua telah diamati dan dapat berhubngan
dengan peningkatan dalam obesitas usia muda (juvenile obesity).
Sebagai
tambahan, diabetes tipe 1, atau insulin-dependent
diabetes mellitus (IDDM), diamati dalam anak-anak, remaja, dan dewasa muda
dan dapat mengarah terhadap peningkatan kerusakan periodontal ketika tidak
terkontrol. Kemungkinan bahwa periodontitis kronis, akan meningkat
prevalensinya kedepan dan akan memberikan tantangan teraupetik bagi klinisi.
Faktor
lingkungan dan tingkah laku
Merokok telah
memperlihatkan dapat meningkatkan keparahan dan perluasan penyakit periodontal.
Ketika dikombinasikan dengan periodonttiis kronis yang diinduksi plak,
peningkatan dalam tingkat kerusakan periodontal dapat diamati pada pasien yang
merokok dan mengalami periodontitis kronis. Sebagai akibat, perokok dengan
periodontitis kronis memiliki lebih banyak kehilangan perlektan dan tulang,
lebih banyak keterlibatan furkasi, dan poket yang lebih dalam (lihat Gambar
16-3). Sebagai tambahan, perokok tampak untuk membentuk lebih banyak kalkulus
supragingival dan lebih sedikit kalkulus subgingiva dan memperlihatkan
perdarahan yang kurang pada saat probing dibandingkan daripada bukan perokok.
Bukti awal untuk menjelaskan efek tersebut menggambarkan perubahan dalam
mikroflora sunggiva dari merokok dibandingkan dengan bukan perokok, sebagai
tambahan terhadap efek merokok pada respon host. Efek klinis, mikrobiologis,
dan imunologi dari merokok juga tampak untuk mempengaruhi respon terhadap
terapi dan frekuensi kekambuhan penyakit (lihat bab 26).
Stres emosional
telah sebelumnya dihubungkan dengan necrotizing
ulcerative disease, kemungkinan karena efek stres pada fungsi imun.
Peningkatan bukti menggambarkan bahwa stres emosional juga dapat mempengaruhi
perluasan dan keparahan periodontitis kronis, kemungkinan melalui mekanisme
yang sama.
Faktor
genetik
Periodontitis
dipertimbangkan untuk menjadi penyakit multifaktorial yang mana keseimbangan
normal antara plak mikroba dan respon host terganggu. Gangguan ini, seperti
yang dijelaskan sebelumnya, dapat terjadi melalui perubahan dalam komposisi
plak, perubahan respon host, atau pengaruh lingkungan dan tingkah laku pada
respon plak dan respon host. Sebagai tambahan, kerusakan periodontal sering
terlihat diantara anggota keluarga dan melewati generasi berbeda didalam
keluarga, menggambarkan basis genetik untuk kerentanan terhadap penyakit
periodontal. Penelitian terbaru telah memperlihatkan agregasi familial dari localized dan generalized aggressive periodontitis. Sebagai tambahan, penelitian
dari kembar monozigot menggambarkan komponen genetik terhadap periodontitis
kronis, tetapi pengaruh transmisi bakteri diantara anggota keluarga dan efek
lingkungan dapat sulit untuk menginterpretasikan interkasi kompleks (lihat Bab
24 dan 27).
Meskipun tidak
ada penentu genetik yang jelas telah dijelaskan untuk pasien dengan
periodontitis kronis, predisposisi genetik untuk kerusakan periodontal yang
lebih agresif dalam respon terhadap plak dan akumulasi kalkulus dapat muncul.
Penelitian mengindikasikan bahwa variasi genetik atau polimorfisme dalam
pengkodean gen IL-1a dan IL-1B berhubungan dengan peningkatan kerentanan
terhadap bentuk yang lebih agresif dari periodontitis kronis dalam subjek Eropa
utara, meskipun beberapa penelitian terbaru telah membantah asosiasi ini.
Sebagai tambahan, perokok memperlihakan composite
IL-1 genotype pada resiko lebih besar untuk penyakit parah. Salah satu
penelitian menggambarkan bahwa pasien dengan IL-1 genotype meningkatkan resiko
untuk kehilangan gigi 2,7 kali, yang merokok berat dan IL-1 genotype negative
meningkatkan resiko untuk kehilangan gigi 2,9 kali. Kombinasi efek dari IL-1
genotype dan merokok meningkatkan resiko kehilangan gigi 7,7 kali. Dengan
peningkatan karakterissasi dari genetic
polymorphism yang dapat muncul dalam gen target lain, genotip kompleks
dapat diidentifikasi untuk banyak bentuk klinis yang berbeda dari
periodontitis. Bagaimanapun, dengan sifat multifaktorial dari penyakit
periodontal, pengaruh yang merancukan dari beberapa faktor lokal, sistemik, dan
kondisi lingkungan dan atau ketidakmampuan kita untuk secara jelas menegaskan
tipe berbeda dari periodontitis, tidak mungkin predisposisi genetik yang jelas
terhadap penyakit periodontal akan ditemukan.
Sumber : Carranza's Clinical Periodontology Chapter 16 Periodontitis Kronis
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
- Telkomsel
- GOPAY
- Link AJA
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME (k)
add Whatshapp : +85515373217 x-)