Necrotizing ulcerative periodontitis
(NUP) dapat merupakan perluasan dari necrotizing
ulcerative gingivitis (NUG) kedalam struktur periodontal, mengarah terhadap
kehilangan perlektatan dan tulang. Dilain pihak, NUP dan NUG dapat menjadi
penyakit berbeda.
Hingga sekarang, terdapat sedikit bukti untuk mendukung perkembangan dari NUG hingga NUP atau untuk menegaskan hubungan antara dua kondisi sebagai kesatuan penyakit tunggal. Bagaimanapun, beberapa deskripsi klinis dan laporan kasus dari NUP secara jelas memperlihatkan banyak kesamaan klinis antara dua kondisi. Artikel terbaru melaporkan temuan klinis dan mikroskopis dari 45 pasien yang terlihat antara tahun 1965 dan 2000. Pada artikel ini, penulis menggambarkan bahwa NUG dapat menjadi prekursor untuk NUP, menyebutkan salah satu kasus dari laki-laki menderita malnutrisi berusia 9 tahun yang datang dengan tiga lesi terpisah yang konsisten dengan diagnosis NUG, NUP dan noma. Hingga pembedaan antara NUG dan NUP dapat dibuktikan atau tidak dibuktikan, telah digambarkan bahwa NUG dan NUP diklasifikasikan bersama dibawah kategori yang lebih luas dari necrotizing periodontal diseases, meskipun dengan perbedaan level keparahan.
Hingga sekarang, terdapat sedikit bukti untuk mendukung perkembangan dari NUG hingga NUP atau untuk menegaskan hubungan antara dua kondisi sebagai kesatuan penyakit tunggal. Bagaimanapun, beberapa deskripsi klinis dan laporan kasus dari NUP secara jelas memperlihatkan banyak kesamaan klinis antara dua kondisi. Artikel terbaru melaporkan temuan klinis dan mikroskopis dari 45 pasien yang terlihat antara tahun 1965 dan 2000. Pada artikel ini, penulis menggambarkan bahwa NUG dapat menjadi prekursor untuk NUP, menyebutkan salah satu kasus dari laki-laki menderita malnutrisi berusia 9 tahun yang datang dengan tiga lesi terpisah yang konsisten dengan diagnosis NUG, NUP dan noma. Hingga pembedaan antara NUG dan NUP dapat dibuktikan atau tidak dibuktikan, telah digambarkan bahwa NUG dan NUP diklasifikasikan bersama dibawah kategori yang lebih luas dari necrotizing periodontal diseases, meskipun dengan perbedaan level keparahan.
NUG telah diakui
dan dijelaskan dalam literatur untuk beberapa abad, gambaran NUG diperlihatkan
dalam Bab 10 dan secara singkat ditinjau disana. Secara klinis terdiri dari
area ulserasi dan nekrosis pada papila interdental yang ditutup dengan lapisan kuning
keputih-putihan lunak, atau pseudomembran, dan dikelilingi oleh lingkaran
edematous. Lesi secara khusus sangat menyakitkan dan mudah berdarah, sering
tanpa pemicu. Pasien juga memperlihatkan bau mulut, limfadenopati lokal, demam,
dan malaise.
Secara
mikroskopis, lesi NUG memperlihatkan inflamasi necrotizing nonspesifik yang
muncul dengan infiltrat polymorphonuclear
leukocyte (PMN, neutrofil) yang mendominasi dalam area yang terulserasi dan
infiltrat kronis yang melimpah dari limfosit dan sel plasma pada area perifer
dan lebih dalam.
Flora bakteri yang
berhubngan dengan NUG telah diketahui dengan baik. Flora konstan yang dapat
dikultur terdiri dari Prevotella
intermedia dan spesies Fusobacterium,
dimana observasi mikroskopik konstan menyatakan kemunculan spesies Treponema dan Selenomonas. Asosiasi bakteri tersebut dengan NUG adalah kuat.
Bagaimanapun, etiologi bakteri belum terbukti karena bakteri belum memiliki
kemampuan untuk menyalurkan penyakit antara hewan yang sehat (yaitu, tidak
mampu untuk memenuhi postulat Koch’s). Menariknya, isolat bakteri telah
mentransimisikan NUG dari hewan ke hewan dalam beagle dog dengan imunosupresi yang diinduksi steroid. Kemampuan
untuk mentrasimisikan NUG dengan bakteri dalam hewan yang mengalami
imunosupresi (tetapi bukan hewan imunokompeten) menggambarkan bahwa respon host
atau resistensi adalah faktor penting dalam patogenesis NUG.
Lesi NUG terbatas
pada gingiva tanpa kehilangan perlekatan periodontal atau dukungan tulang
alveolar, sifat yang menbedakan kondisi ini dari NUP. Berlawanan terhadap
pandangan ini, MacCarthy dan Claffey menggambarkan bahwa kehilangan perlekatan
periodontal adalah salah satu konsekuensi dari lesi NUG. Pada evaluasi mereka
dari 13 pasien dengan NUG, rerata level perlekatan pada saat probing untuk sisi
yang terkena NUG (2,2 ± 0,9 mm) adalah lebih besar daripa sisi kontrol (0,8 ±
0,7 mm). Temuan ini mendukung konsep bahwa NUG dan NUP adalah penyakit sama
(atau identik), dengan perbedaan dalam respon host atau resistensi daripada
perbedaan dalam etiologi dan patogenesis bakteri.
NECROTIZING
ULCERATIVE PERIODONTITIS
Istilah “necrotizing ulcerative periodontitis”
pertama diadopsi pada tahun 1989 Wolrd Workshop in Clinical Periodontics.
Diubah dari tahun 1986 istilah “necrotizing
ulcerative gingivoperiodontitis”, yang memperlihatkan kondisi dari rekuren
NUG yang mengalami perkembangan bentuk kronis dari periodontitis dengan
kehilangan perlekatan dan tulang. Tahun 1989 adopsi dari NUP sebagai kesatuan penyakit
terjadi ketika pengetahuan dan peningkatan dalam jumlah dari kasus necrotizing periodontitis menjadi
didiagnosa dan dijelaskan dalam literatur. Secara spesifik, lebih banyak kasus
NUP dijelaskan dalam pasien yang mengalami gangguan sistem imun, khususnya yang
dengan human immunodeficieny virus (HIV)
positif atau memiliki acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Pada tahun 1999 subklasifikasi NUG dan
NUP dimasukkan sebagai diagnosis terpisah dibawah klasifikai yang lebih luas
dari “necrotizing ulcerative periodontal
diseases”. Lagi, pembedaan antara dua kondisi sebagai penyakit yang
terpisah belum diklarifikasi, tetapi penyakit tersebut dibedakan dengan ada
atau tidaknya kehilangan perlekatan dan tulang.
Gambaran
Klinis
Sama terhadap
NUG, kasus klinis NUP dijelaskan oleh nekrosis dan ulserasi pada bagian korona
dari papila interdental dan margin gingiva, dengan marginal gingiva merah
terang, terasa menyakitkan yang mudah berdarah.
Gambaran yang
membedakan dari NUP adalah kerusakan progresif dari penyakit yang termasuk
kehilangan perlekatan dan tulang. Kawah tulang interdental yang dalam adalah
ciri khas lesi periodontal dari NUP (Gambar 17-1). Bagaimanapun, poket periodontal
“konvensional” dengan kedalaman probing poket tidak ditemukan karena sifat
ulseratif dan necrotizing dari lesi
gingiva merusak marginal epithelium dan jaringan konektif, menghasilkan resesi
gingiva. Poket periodontal terbentuk karena sel junctional epithelial masih hidup dan dapat lebih lanjut bermigrasi
keapikal untuk menutupi area dari kehilangan jaringan konektif. Nekrosis junctional epithelium dalam NUG dan NUP
menghasilkan ulser yang mencegah migrasi epitel ini, dan poket tidak dapat
terbentuk. Lesi lanjut dari NUP mengarah terhadap kehilangan tulang parah,
kegoyangan gigi, dan pada akhirnya kehilangan gigi. Sebagai tambahan terhadap
manifestasi ini, seperti yang disebutkan sebelumnya, pasien NUP dapat datang
dengan bau mulut, demam, malaise, atau limfadenopati.
Temuan
Mikroskopik
Pada penelitian
menggunakan transmisi (TEM) dan scanning
electron microscopy (SEM) pada plak mikroba yang berada pada papila gingiva
nekrotik, Cobb et al memperlihatkan kesamaan histologis yang menyolok antara
NUP pada pasien HIV-positive dan penjelasan sebelumnya dari lesi NUG pada
pasien bukan HIV. Biopsi melibatkan papila posterior dari 10 laki-laki dan 6
perempuan pasien HIV-positive dengan NUP dievaluasi. Pemeriksaan mikroskopis
menyatakan permukaan biofilm yang tersusun dari campuran flora mikroba dengan
morfotipe berbeda dan flora subpermukaan dengan agregasi tebal dari spirochetes (zona bakterial). Dibawah
lapisan bakterial adalah agregasi tebal PMN (zona kaya netrofil) dan sel
nekrotik (zona nekrotik). Teknik biopsi digunakan dalam penelitian ini tidak
memberikan observasi dari lapisan paling dalam dan sehingga tidak mampu untuk
mengidentifikasi zona infiltrasi spirochetal,
yang secara klasik dijelaskan dalam lesi NUG. Sebagai tambahan terhadap sifat
mikroskopik pada NUP yang menyerupai NUG dijelaskan dalam penelitian ini, level
tinggi dari ragi (yeast) dan virus
menyerupai herpes diamati. Temuan yang terakhir adalah kemungkinan paling indikatif
dari kondisi diberikan terhadap mikroba opportunistik dalam host dengan
gangguan (pasien HIV-positif).
Pasien
HIV/AIDS
Lesi gingival
dan periodontal dengan sifat khusus sering ditemukan dalam pasien dengan
infeksi HIV dan AIDS. Banyak dari lesi tersebut adalah manifestasi tidak normal
dari penyakit periodontal inflamasi yang muncul dalam rangkaian infeksi HIV dan
pasien dengan gangguan sistem imun yang bersamaan. Linear gingival erythema (LGE), NUG, dan NUP adalah kondisi
periodontal yang berhubungan HIV paling umum yang dilaporkan dalam literatur.
Bab 19 memberikan deksripsi detail dari kondisi tersebut dan penyakit
periodontal atipikal lain yang terjadi dalam pasien yang terinfeksi HIV.
Lesi NUP
ditemukan dalam pasien HIV-positif/AIDS dapat muncul dengan gambaran yang sama
terhadap yang dilihat pada pasien HIV-negative. Dilain pihak, lesi NUP dalam
pasien HIV-positif/AIDS dapat menjadi lebih merusak dan sering mengakibatkan
komplikasi yang sangat jarang dalam pasien non-HIV/AIDS. Sebagai contoh,
kehilangan perlekatan periodontal dan tulang berhubungan dengan NUP- HIV
positif dapat menjadi sangat cepat. Winkler et al melaporkan kasus NUP pada
pasien HIV-positive (sebelumnya disebut sebagai HIV-P”) dengan gigi yang kehilangan
lebih daripada 90% dari perlekatan periodontal dan 10 mm tulang selama periode
3 hingga 6 bulan. Akhirnya, banyak dari lesi tersebut mengakibatkan kehilangan
gigi. Kompikasi lain yang dilaporkan dalam populasi ini termasuk perkembangan
lesi melibatkan area yang besar dari nekrosis jaringan unak, dengan terbuknya
tulang dan sequestrasi pecahan tulang. Tipe ini dari lesi parah, progresif
dengan perluasan kedalam area vestibular dan palatal disebut sebagai necrotizing ulcerative stomatitis (lihat
Gambar 19-31).
Prevalensi NUP
yang dilaporkan pada pasien terinfeksi HIV bervariasi. Riley et al melaporkan
hanya dua kasus NUP dalam 200 pasien HIV-positif (1%), sementara Glick et al
menemukan prevalensi 6,3% untuk kasus NUP dalam penelitian prospektif dari 700
pasien HIV-positif. Variasi dalam temuan yang dilaporkan dapat berhubungan
terhadap perbedaan dalam populasi (misalnya, pengguna obat intravena dengan
homoseksual dengan pasien hemofilia) dan perbedaan dalam status imun dari
subjek penelitian.
Bentuk necrotizing dari periodontitis lebih
sering munculpada pasien dengan imunosupresi yang lebih parah. Laporan kasus
telah menggambarkan NUP sebagai perluasan progresif dari HIV periodontitis
(yaitu, progresi kronis hingga nekrotik). Glick et al menemukan korelasi tinggi
antara diagnosis NUP dan imunosupresi dalam pasien HIV positif. Pasien tersebut
memperlihatkan dengan NUP yang 20,8 kali lebih mungkin untuk memiliki jumlah
CD4+ dibawah 200 sel/mm3 dibandingkan dengan pasien HIV-positif tanpa
NUP. Penulis mempertimbangkan diagnosis NUP untuk menjadi penanda untuk gangguan
imun dan prediktor untuk diagnosis AIDS. Yang lain telah menggambarkan bahwa
NUP dapat digunakan sebagai indikator untuk infeksi HIV pada pasien yang tidak
terdiagnosa. Shangase et al melaporkan bahwa diagnosis NUG atau NUP pada orang
Afrika Selatan yang secara sistemik sehat, asimptomatik, secara kuat
berhubungan dengan infeksi HIV. Pada pasien yang memperlihatkan NUG atau NUP,
39 dari 56 (69,6%) selanjutnya ditemukan untuk menjadi HIV positive (lihat bab
19).
Etiologi
Necrotizing Ulcerative Periodonttis
Etiologi NUP
belum ditentukan, meskipun flora bakteri campuran fusiform-spirochete memainkan peranan penting. Karena bakteri
patogen adalah tidak semata-mata bertanggung jawab untuk menyebabkan penyakit,
beberapa predisposisi faktor “host” dapat dibutuhkan. Beberapa faktor
predisposisi telah berperan terhadap NUG, termasuk kebersihan rongga mulut yang
buruk, penyakit periodontal yang telah muncul sebelumnya, merokok, infeksi
virus, status gangguan sistem imun, stress psikososial, dan malnutrisi.
NUP sering
dihubungan dengan diagnosis AIDS atau status HIV positif. Lebih lanjut klinisi
harus memeriksa semua pasien yang memperlihatkan NUP untuk memastikan status
HIV mereka. NUP dapat berkembang cepat dan mengarah pada eksfoliasi gigi,
sehingga perawatan harus termasuk debridement lokal, agen antiplak lokal, dan
antibiotik sistemik. Diagnosis awal dan perawatan NUP penting karena kerusakan
tulang yang terjadi pada tahap terlambat dari penyakit akan sangat menyulitkan
untuk disembuhkan, bahkan dengan prosedur bedah regeneratif yang ekstensif.
Jika anak muncul dengan NUP, abnormalitas sistemik parah, seperti malnutrisi
lanjut, sering muncul.
Flora Mikroba.
Penilaian flora mikroba dari lesi NUP hampir terbatas terhadap penelitian yang
melibatkan pasien HIV- positif dan AIDS, dengan beberapa bukti yang
bertentangan. Murray et al melaporkan bahwa kasus NUP paa pasien HIV-positif
memperlihatkan jumlah yang secara signifikan lebih besar dari jamur candida
albicans oportunistik dan prevalensi yang lebih tinggi dari Actinobacillus (aggregatibacter)
actinomycetemcomitans, Prevotella
intermedia, Porphyromonas gingivalis,
Fusobaceterium nucleatum, dan spesies
Campylobacter dibandingkan dengan kontrol
HIV-negatif. Lebih lanjut, mereka melaporkan level yang rendah atau bervariasi
dari spirocehetes, yang tidak
konsisten dengan flora yang berhubungan dengan NUG. Melihat perbedaan dalam
flora mikroba, mereka membantah gagasan bahwa lesi dekstruktif terlihat dalam
pasien HIV-positif berhubungan terhadap lesi NUG; mereka menggambarkan bahwa
flora dari lesi NUP dalam pasien HIV-positif dapat dibandingkan terhadap lesi
periodontitis kronis, sehingga mendukung konsep mereka bahwa necrotizing periodontitis dalam pasien
HIV-positif adalah manifestasi agresif dari periodontitis kronis dalam host
dengan gangguan sistem imun.
Berlawanan
terhadap temuan tersebut, Cobb et al melaporkan bahwa komposisi mikrobial dari
lesi NUP dalam pasien HIV-positif sangat sama terhadap lesi NUG, seperti yang
didiskusikan sebelumnya. Menggunakan mikroskop elektron, mereka menjelaskan
campuran flora mikroba dengan berbagai morfotipe dalam 81,3% spesimen. Flora
mikroba subpermukaan yang mengutamakan agregasi padat dari spirochetes dalam 87,5% spesimen. Mereka juga melporkan ragi
oportunistik dan virus menyerupai herpes dalam 65,6% dan 56,5% lesi NUP, secara
berurutan. Perbedaan antara laporan tersebut dapat dijelaskan oleh keterbatasan
dalam mendapatkan kultur hidup dari spirocehetes
dibandingkan dengan observasi mikroskop elektron yang lebih definitif pada spirochetes.
Pada tinjauan
artikel terbaru, Feller dan Lemmer menggambarkan bahwa spirocehetes,
herpesvirus, candida, dan HIV memiliki peranan patogenik potensial dalam lesi
NUP dalam individu HIV-seropositive. Spirochetes
memiliki kemampuan untuk modulasi respon host bawaan dan respon imun adaptif
dan menstimulasi reaksi inflamasi host, yang dapat mengurangi kompetensi imun
lokal dan memfasilitasi perkembangan penyakit necrotizing. Herpesvirus aktif memiliki kapasitas untuk membatasi
regulasi sistem imun host, yang dapat mengarah terhadap peningkatan dalam kolonisasi
dan aktivitas mikroorganisme patogenik lain. Candida albicans telah dilaporkan untuk menghasilkan eicosanoids yang mengarah terhadap
pelepasan mediator proinflamasi, yang dapat memfasilitasi kolonisasi dan invasi
spirochetes, meningkatkan
perkembangan penyakit necrotizing
periodontal.
Status gangguan sistem imun.
Secara jelas, lesi NUG dan NUP lebih sering terjadi pada pasien dengan sistem
imun terganggu atau tertekan. Beberapa penelitian, terutama yang mengevaluasi
pasien HIV-positif dan AIDS, mendukung konsep bahwa respon host yang menurun
muncul pada individu yang didiagnosa dengan penyakit necrotizing ulcerative periodontal. Sementara sistem imun terganggu
(“immuno compromise”) dalam pasien
yang terinfeksi HIV diarahkan oleh gangguan fungsi sel T dan perubahan rasio
sel T, bukti mengindikasikan bahwa bentuk lain dari gangguan imunitas merupakan
predisposisi individu terhadap NUG dan NUP.
Cutler et al
menjelaskan gangguan aktivitas bakterisidal PMN pada dua anak-anak dengan NUP.
Pada pemeriksaan perbandingan dari PMN terhadap patogen periodontal, dua
bersaudara (berusia 9 dan 14 tahun) memperlihatkan depresi signfikan dari
fagositosis PMN dan fungsi membunuh dibandingkan dengan kontrol yang sesuai
jenis kelamin dan usia. Lebih lanjut, batista et al melaporkan temuan
periodontal dan NUP dalam remaja dengan penyakit genetik jarang (multifactorial congenital immunodeficieny [CVID])
yang menyebabkan gangguan sekresi imunoglobulin; lesi oral menyembuh dengan
pemberian intravenous immunoglobulin
(IVIG).
Stres psikologis.
Sebagian besar penelitian klinis dan hewan mengevaluasi peranan dari stres pada
necrotizing periodontal disease telah
mengevaluasi subjek dengan NUG dan sehingga tidak secara spesifik mengarahkan
peranan stres pada NUP.
Pasien NUG telah
ditemukan secara signifikan lebih cemas, nilai depresi lebih tinggi, magnitude
lebih besar dan kejadian menimbulkan stress terbaru, dan lebih banyak stress
secara keseluruhan dan penyesuaian yang berhubungan terhadap kejadian tersebut,
dan lebih banyak kejadian hidup negatif. Meskipun peranan stres dalam
perkembangan NUP belum dilaporkan secara spesifik, dalam banyak kesamaan antara
NUG dan NUP akan menggambarkan bahwa hubungan yang sama terhadap stress dapat
muncul.
Mekanisme dengan
kecenderungan individu terhadap stres pada necrotizing
ulcerative periodontal disease belum ditentukan. Bagaimanapun, diketahui
dengan baik bahwa stress meningkatkan level kortikol sistemik, yang tetap
meningkatkan cortisone yang memiliki
efek supresif pada respon imun. Pada pemeriksan dari 474 personel militer,
Shannon et al menemukan bahwa level urin dari 17-hydroxycorticosteroid lebih tinggi pada subjek dengan NUG
daripada semua subjek lain yang didiagnosa dengan periodontal sehat, gingivitis
atau perioontitis. Secara eksperimen, lesi menyeriupai noma telah dihasilkan pada tikus dengan memberikan cortisone dan
menyebabkan luka mekanikal terhadap gingiva dan pada hamster dengan iradiasi
tubuh total. Sehingga, imunosupresi yang diinduksi stres dapat menjadi salah
satu mekanisme yang mengganggu respon host dan mengarah terhadap necrotizing periodontal disease. Bukti
ilmiah yang mendukung peranan etiologi stress dalam periodontitis kronis belum
jelas (lihat bab 27).
Malnutrisi
Bukti langsung
hubungan antara malnutrisi dan necrotizing
periodontal diseases terbatas terhadap deskripsi dari infeksi necrotizing pada anak-anak yang mengalami
malnutrisi parah. Lesi mewakili NUG tetapi dengan perkembangan untuk menjadi gangrenous stomatitis, atau noma, telah dijelaskan pada anak-anak
dengan malnutrisi parah di negara yang kurang berkembang. Jimenez dan Baer
melaporkan kasus NUG pada anak-anak dan remaja berusia 2 hingga 14 tahun dengan
malnutrisi di Kolombia. Pada tahap lanjut, lesi NUG meluas dari gingiva kearea
lain dari kavitas oral, dan menjadi gangrenous
stomatitis (noma) dan menyebabkan
paparan, nekrosis dan pembentukan sequester pada tulang alveolar. Selanjutnya,
Jimenez et al melaporkan bahwa 44 dari 45 kasus necrotizing diseases (NUG = 29, NUP = 7, noma = 9) didokumentasikan pada tahun 1965 hingga 2000 adalah dari
kelompok sosial ekonomi rendah dan malnutrisi berhubungan dengan semua kondisi yang
mendekati necrotizing (29/29 NUG, 6/7
NUP dan 9/9 kasus noma). Pada
penelitian anak-anak Nigeria yang kurang secara sosial ekonomi dengan NUG (153
kasus), Enwonwu et al menegaskan malnutrisi dengan mengukur sirkulasi
mikronutrien. Dibandingkan dengan rekan tetangga, anak-anak dengan NUG dan
defisiensi mikronutrien memperlihatkan disregulasi produksi sitokin dengan
peningkatan mediator proinflamasi dan antiinflamatori kompleks yang salin
mempengaruhi.
Penjelasan yang
mungkin bahwa malnutrisi, terutama ketika ekstrim, berperan terhadap penurunan
resistensi host terhadap infeksi dan penyakit necrotizing. Didokumentasikan dengan baik bahwa banyak pertahanan
host, termasuk fagositosis; imunitas yang dimediasi sel; dan komplemen,
produksi dan fungsi antibodi dan sitokin, terganggu pada individu yang
mengalami malnutrisi. Kehabisan nutrisi terhadap sel dan jaringan mengakibatkan
imunosupresi dan peningkatan kerentanan penyakit. Sehingga beralasan untuk
menyimpulkan bahwa malnutrisi dapat merupakan predisposisi individu terhadap
infeksi oportunistik atau meningkatkan keparahan infeksi oral yang muncul.
SIMPULAN
NUP dan
NUG memberikan banyak klinisi gambaran klinis dan mikrobiologi, tetapi NUP
dibedakan oleh kondisi yang lebih parah dengan kehilangan perlekatan
periodontal dan tulang. Nyatanya, beberapa pasien dengan NUP, khususnya yang
dengan imunitas terganggu, dapat memiliki penyakit progresif yang parah dan
berkembang cepat. Tampak bahwa respon imun yang terganggu dan resistensi host
yang rendah terhadap infeksi adalah faktor signifikan dalam awal mula dan
progresi NUP. Contoh terbaik dari gangguan sistem imun host dengan predisposisi
untuk NUP adalah pasien HIV-positif/AIDS. Sebagaimana komplikasi yang
berhubungan dengan infeksi lain dari HIV/AIDS, status gangguan sistem imun
pasien tersebut menyebabkan mereka rentan terhadap infeksi periodontal
oportunistik, termasuk NUP. Beberapa faktor lain telah diidentifikasi, khususnya
pada kasus NUG, yang dapat memainkan peranan dalan NUP, termasuk merokok,
infeksi virus, stres psikososial, dan malnutrisi. Meskipun tidak ada dari salah
satu faktor diatas mencukupi untuk menyebabkan penyakit necrotizing, dalam kombinasi dengan kondisi immunosupresan lain,
mereka tidak diragukan memiliki potensi untuk memberikan pengaruh negatif
terhadap respon host atau resistensi terhadap infeksi.
Sumber : Carranza's Clinical Periodontology Chapter 17 Necrotizing Ulcerative Periodontitis
Mantap le
BalasHapusMantap juga
HapusNumpang promo ya Admin^^
BalasHapusayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
- Telkomsel
- GOPAY
- Link AJA
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME (k)
add Whatshapp : +85515373217 x-)